Oleh
: Ibnu Imam Dluhry
Matematika adalah sebuah cabang ilmu
pengetahuan yang menggeluti ilmu hitung, besaran, struktur, ruang dan perubahan.
Kalau filsafat sering disebut sebagai father of science (bapak ilmu pengetahuan)
karena filsafat merupakan awal dari munculnya ilmu pengetahuan. Maka gelar
mother of science (ibu ilmu pengetahuan) pantas disematkan kepada matematika
karena begitu pentingnya matematika melandasi cabang-cabang ilmu pengetahuan
yang lain. Matematika sering dianggap susah bagi sebagian besar orang karena
kerumitan yang ada dalam matematika. Tetapi bagi sebagian kecil orang
menganggap matematika itu mudah karene mengasyikkan.
Sejarah matematika telah ada sejak
abad ke 20 SM dengan ditemukannya lembaran-lembaran matematika pada zaman
babylonia, Mesir kuno dan Yunani kuno. Dalam perkembangan sejarahnya,
matematika berkembang pesat terutama di Yunani kuno. Terutama dengan
ilmuwan-ilmuwan hebat yang hidup di zaman Yunani kuno seperti Pythagoras dengan
mengungkapkan teorema pythagoras dan juga menggunakan istilah matematika untuk
pertama kali. Thales juga dianggap ilmuwan terhebat matematika karena
menggunakan geometri untuk menyelesaikan masalah ketinggian piramida.
Eudoxus
(kira-kira 408 SM sampai 355 SM) mengembangkan metoda kelelahan,
sebuah rintisan dari Integral
modern. Aristoteles (kira-kira 384 SM sampai 322 SM) mulai
menulis hukum logika.
Euklides
(kira-kira 300 SM) adalah contoh terdini dari format yang masih digunakan oleh
matematika saat ini, yaitu definisi, aksioma, teorema, dan bukti. Dia juga
mengkaji kerucut.
Bukunya, Elemen, dikenal di segenap
masyarakat terdidik di Barat hingga pertengahan abad ke-20. Selain teorema
geometri yang terkenal, seperti teorem Pythagoras, Elemen menyertakan
bukti bahwa akar kuadrat dari dua adalah irasional dan terdapat tak-hingga
banyaknya bilangan prima.
Ketika zaman kejayaan Islam,
matematika punya ilmuwan hebatnya seperti Al Khawarizmi dengan Aljabarnya
sebagai karya fenomenal dalam sejarah ilmu pengetahuan. Selain aljabar sebagai
karyanya, ada satu karya lagi yang cukup fenomenal yaitu aritmatika.
Pada abad ke 17-21, perkembangan
matematika begitu pesat menuju ke cabang ilmu yang makin kompleks. Dengan
ditemukannya integral, turunan, limit dan sebagainya matematika telah
berkembang sangat pesat dari zaman Yunani kuno.
Matematika Sebagai Real Problem
Solving
Dalam
perjalanan sejarahnya, matematika hanya digunakan sebagai alat/metode saja
untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada. Ketika orang-orang yang
pandai dalam matematika hanya menggunakan matematika untuk alat saja, tanpa
berusaha untuk berpikir mungkinkah matematika digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan nyata yang ada. Ketika matematika hanya diajarkan
teori-teori yang menggunakan pengandaian-pengandaian yang susah kepada para
pelajar. Inilah yang menyebabkan masyarakat Indonesia perpandangan sinis
terhadap matematika karena matematika hanya mencakup teori-teori dengan
pengandaian-pengandaian yang amat susah dimengerti. Ketika ada seseorang yang
bertanya kepada mahasiswa matematika tentang pekerjaan apa yang akan mereka
geluti setelah lulus, mahasiswa tersebut menjawab guru les, dosen, atau
pegawai, hanya sebatas itu. Inilah permasalahan-permasalahan yang sedang
dihadapi oleh matematika terlebih kepada Perguruan Tinggi yang mengajarkan
matematika sebagai sains.
Solusi
yang paling masuk akal adalah matematika bertransformasi (berubah) dari sebatas
alat dalam menyelesaikan masalah menjadi matematika sebagai penyelesai masalah
nyata di kehidupan sehari-hari. Inilah yang harus dilakukan oleh perguruan
tinggi dalam menjawab tantangan dari masyarakat yang beranggapan sinis terhadap
matematika. Perguruan Tinggi harus membuat kurikulum yang mengarah ke arah
“Matematika sebagai Real Problem Solving”. Perguruan Tinggi seharusnya tidak
hanya mengajarkan hitung-hitungan dan pengandaian-pengandaian saja kepada
mahasiswanya tetapi harus juga menyentuh aspek masalah-masalah yang di hadapi
kehidupan nyata yang bisa diselesaikan oleh matematika. Dengan cara ini saja, matematika
bisa lebih dihargai oleh masyarakat itu sendiri sehingga dapat merubah
paradigma masyarakat tentang matematika. Selain dapat merubah paradigma
masyarakat, Real Problem Solving juga sesuai dengan prinsip Tri Darma Perguruan
Tinggi yaitu pengabdian masyarakat kerena telah bisa menyelesaikan
masalah-masalah nyata yang ada di kehidupan manusia.
Selain
itu, real problem solving juga bisa diarahkan kepada penelitian-penelitian dari
mahasiswa, dosen dan ahli di bidang matematika yang berkaitan dengan masalah di
kehidupan nyata ditilik dari sudut pandang matematika. Dengan cara seperti ini
semoga saja nanti matematika dapat menjadi ilmu pengetahuan yang selain menjadi
alat/metode penyelesaian masalah juga bisa menjadi penyelesaian masalah di
kehidupan nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar