Rabu, 19 September 2012

Proletariat Menurut Karl Marx


Karl Marx lahir di Trier, sebuah kota di Jerman, dekat perbatasan dengan Prancis di tahun 1818. Karl Marx merupakan salah seorang penganut dialektika materialismenya Ludwig Feuerbach yang menentang dialektika idealisnya Hegel. Awalnya, Marx adalah seorang penganut dialektika idealisnya hegel, namun lama kelamaan Marx menemukan ketidak cocokan dengan pemikirannya Hegel dan menyebrang ke pemikirannya Feuerbach.
Dari berbagai teori Karl Marx yang sangat menarik bagi saya adalah teori pertentangan kelas antara kaum proletar dan kaum borjuis. Teori ini sangat menarik perhatian saya karena banyak sekali revolusi di dunia berbasarkan atas teori Karl Marx yang satu ini. Sebagai contoh saja, revolusi Uni Soviet (sekarang ini Rusia) yang dilakukan oleh Lenin merupakan aplikasi dari teori pertentangan kelasnya Karl Marx.
Dan banyak sekali tokoh yang menggunakan teori pertentangan kelasnya Karl Marx ini untuk melakukan revolusi, seperti Che Guevara, Ali Syariati, Tan Malaka, Fidel Castro, Soekarno(Marhaen) dan masih banyak lagi. Inilah yang mau saya bahas pertama kali untuk mengetahui sebenarnya marhaennya soekarno itu seperti apa. Karena konsep marhaennya Soekarno sangat mirip dengan konsep proletarnya Marx tetapi ada sedikit perbedaan. Dalam tulisan ini, Saya hanya akan memfokuskan pembahasan tentang teori pertentangan kelas Karl Marx dantidak akan membahas teori-teoti yang lain dari Karl Marx.
Proletar berasal dari bahasa latin yaitu proles yang sering digunakan untuk mengidentifikasikan kelas sosial rendah, sedangkan anggota kelas tersebut disebut ploretarian. Kaum proletar juga sering disematkan dengan orang yang bekerja kepada para pemilik modal tetapi tidak memiliki alat produksi. Kaum proletar dengan pengertian demikian dapat diartikan juga dengan kaum buruh. Dalam artian Karl Marx proletar adalah masyarakat kelas kedua setelah kelas kapitalis yang hidup dari gaji hasil kerjanya. Sementara itu lawan dari kaum proletar adalah kaum borjuis yaitu orang yang menguasai alat produksi. Lebih jauh lagi, Marx menjelaskan tentang sebuah teori yang disebut dengan teori pertentangan kelas. Dalam teori itu, Marx menjelaskan bahwa kaum proletar/buruh yang telah ditindas oleh kaum borjuis/pemilik modaln akan melakukan perlawanan terhadap penindasan-penindasan yang dilakukan oleh kaum borjuis. Menurut Karl Marx dalam melakukan perlawanan terhadap kaum borjuis, kaum proletar harus bersatu dan tidak ada yang namanya perjuangan individu mampu memenangkan perlawanan terhadap pertentangan kelas.
Pada permulaan manifesto komunis terapat kalimat yang termashur: “Sejarah semua masyarakat yang ada hingga sekarang ini adalah sejarah perjuangan kelas”. Dengan demikian marx menolak pendapat bahwa orang-orang individual dengan kehendak individual mereka dapat menentukan arah sejarah. Dalam pendapat itu ada terkandung anggapan bahwa individu-individu itu tidak berdiri sendirian di dunia dan bertindak bertindak tidak melulu menurut cita-citanya serta tujuan-tujuan subjektifnya, melainkan bahwa mereka melakukan tindakan menyesuaikan diri dengan peranan yang diharapkan dari golongan mereka. Menurut Karl Marx pelaku-pelaku utama perubahan sosial bukanlah individu tertentu, melainkan kleas-kelas sosial. Karena kita hanya dapat memahami sejarah dengan segala perkembangan yang terjadi apabila kita memperhatikan kelas-kelas sosial dalam masyarakat yang bersangkutan.
Revolusi yang dilakukan oleh kaum proletar ini bertujuan untuk menghapuskan sistem kelas, terutama antara kaum proletar yang tertindas dan kaum borjuis yang menindas. Menurut Marx, satu-satunya cara untuk menghapus sistem kelas ini hanya dapat dilakukan dengan revolusi yang dilakukan oleh buruh (kaum proletar) yang bertsatu. Dia meramalkan atau memprediksi bahwa yang akan menang dalam pertentangan kelas tersebut adalah kaum buruh (kaum proletar) dan akhirnya akan tercipta suatu tatanan dunia baru yang didalamnya tanpa adanya pembedaan kelas.
Teori Karl Marx yang menyebutkan bahwa kaum proletar akan menang menghadapi kaum borjuis pada kenyatannya tidak pernah terbukti. Memang, teori Marx pernah sukses diterapkan di Uni Soviet (sekarang ini Rusia) tetapi tidak mampu bertahan lama hanya bertahan tidak lebih dari 30 tahun. Faktanya, sekarang ini yang menguasai ideologi hampir semua bangsa di dunia adalah neo-liberalisme atau kapitalisme yang mana ideologi tersebut merupakan musuh besar bagi ideologinya marx (komunisme). Ini menunjukan kekurang dalaman (kurang teliti) yang dilakukan oleh Marx dalam mengungkapkan teorinya ini. Ini disebabkan karena penganut teori Karl Marx menghianati apa yang mereka ikuti., sebagai contoh saja  ketika Uni Soviet dikuasai oleh ideologi komunisme tetapi nasib kaum buruh tidak dapat keluar dari ketertindasan mereka malahan kaum buruh ditindas oleh pemimpin mereka sendiri yang notabene pengikut komunisme sejati.
Cak Nur pernah berpendapat bahwa “yang menghianati liberalisme dan komunisme adalah pengikuti setia dari paham itu sendiri”. Menurut saya pendapat Cak Nur ini sangat banyak benarnya. Selain uni soviet dapat kita jadikan contoh, ada juga contoh lain dari kaum liberalisme, ketika krisis 1930 melanda benua Eropa yang disebabkan hancurnya sistem pasar yang berlandaskan liberal maka orang-orang yang mengagung-agungkan liberalisme meminta bantuan kepada Negara untuk ikut campur memulihkan kondisi pasar yang hancur. Ini membuktikan bahwa orang-orang penganut liberalisme menghianati paham yang mereka anut yaitu negara/pemerintah dilarang ikut campur dalam urusan pasar. Dunia sekarang ini sudah dikuasai oleh neo-liberalisme yang merupakan bentuk baru (metamorfosa) dari liberalisme jaman dulu. Untuk menciptakan sebuah antitesa dari neo-liberalisme, kita harus mengembangkan paham neo-komunisme (metamorfosa dari komunisme). Neo-komunisme sendiri merupakan tinjauan kritis terhahap komunisme sendiri (kelebihan dan kekurangan) agar dapat diciptakan suatu teori baru tentang komunisme sendiri yang sesuai dengan konteks kekinian dan juga aplikatif.
Selain kelemahan tentang teori Marx yang saya sebutkan di atas, ada satu lagi kelemahan teori Marx ketika diterapkan dalam konteks ke-Indonesiaan. Kelemahan itu adalah pengertian dari proletar itu sendiri yang menurut Marx direpresentasikan dari kaum buruh saja. Ketika kita menengok kondisi Indonesia itu sendiri, kaum buruh bukan kaum mayoritas tidak seperti di Eropa yang mana kaum buruh merupakan kaum mayoritas. Di Indonesia sendiri kaum mayoritas yang tertindas oleh liberalis (kapitalis) adalah kaum tani (termasuk buruh tani, nelayan dsb) yang banyak hidup di pedesaan. Kaum tani sendiri bukan kaum yang tidak mempunyai alat produksi melainkan kaum tani merupakan kaum yang menguasai alat produksi. Sebagi ilustrasi saja, petani menggarap sawah mereka dengan rticangkul dan cangkul ini merupakan bagian dari alat produksi. Kaum tani ini sendiri tidak dapat digolongkan ke dalam kelas proletar menurut pengertian yang diberikan Marx. Dalam konteks ini, Bung Karno mengemukakan teori tentang kaum marhaen yang didalamnya tidak hanya ada kaum buruh saja tetapi kaum tani, kaum nelayan, kaum miskin kota dan sebagainya. Disinilah Bung Karno yang merupakan penggemar teori Marx yang membuat sebuah teori proletar dalam konteks ke-Idonesiaan atau sering disebut kaum marhaen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar