Karl Marx
lahir di Trier, sebuah kota di Jerman, dekat perbatasan dengan Prancis di tahun
1818. Karl
Marx merupakan salah seorang penganut dialektika materialismenya Ludwig
Feuerbach yang menentang dialektika idealisnya Hegel. Awalnya, Marx adalah
seorang penganut dialektika idealisnya hegel, namun lama kelamaan Marx
menemukan ketidak cocokan dengan pemikirannya Hegel dan menyebrang ke pemikirannya
Feuerbach.
Dari berbagai teori Karl Marx yang
sangat menarik bagi saya adalah teori pertentangan kelas antara kaum proletar
dan kaum borjuis. Teori ini sangat menarik perhatian saya karena banyak sekali revolusi
di dunia berbasarkan atas teori Karl Marx yang satu ini. Sebagai contoh saja,
revolusi Uni Soviet (sekarang ini Rusia) yang dilakukan oleh Lenin merupakan
aplikasi dari teori pertentangan kelasnya Karl Marx.
Dan banyak sekali tokoh
yang menggunakan teori pertentangan kelasnya Karl Marx ini untuk melakukan
revolusi, seperti Che Guevara, Ali Syariati, Tan Malaka, Fidel Castro,
Soekarno(Marhaen) dan masih banyak lagi. Inilah yang mau saya bahas pertama
kali untuk mengetahui sebenarnya marhaennya soekarno itu seperti apa. Karena
konsep marhaennya Soekarno sangat mirip dengan konsep proletarnya Marx tetapi
ada sedikit perbedaan. Dalam tulisan ini, Saya hanya akan memfokuskan
pembahasan tentang teori pertentangan kelas Karl Marx dantidak akan membahas
teori-teoti yang lain dari Karl Marx.
Proletar berasal dari bahasa latin yaitu
proles yang sering digunakan untuk
mengidentifikasikan kelas sosial rendah, sedangkan anggota kelas tersebut
disebut ploretarian. Kaum proletar
juga sering disematkan dengan orang yang bekerja kepada para pemilik modal
tetapi tidak memiliki alat produksi. Kaum proletar dengan pengertian demikian
dapat diartikan juga dengan kaum buruh. Dalam artian Karl Marx proletar adalah masyarakat kelas kedua setelah
kelas kapitalis yang hidup dari gaji hasil kerjanya. Sementara itu lawan dari kaum proletar adalah
kaum borjuis yaitu orang yang menguasai alat produksi. Lebih jauh lagi, Marx
menjelaskan tentang sebuah teori yang disebut dengan teori pertentangan kelas.
Dalam teori itu, Marx menjelaskan bahwa kaum proletar/buruh yang telah ditindas
oleh kaum borjuis/pemilik modaln akan melakukan perlawanan terhadap
penindasan-penindasan yang dilakukan oleh kaum borjuis. Menurut Karl Marx dalam
melakukan perlawanan terhadap kaum borjuis, kaum proletar harus bersatu dan
tidak ada yang namanya perjuangan individu mampu memenangkan perlawanan
terhadap pertentangan kelas.
Pada permulaan
manifesto komunis terapat kalimat yang termashur: “Sejarah semua masyarakat
yang ada hingga sekarang ini adalah sejarah perjuangan kelas”. Dengan demikian
marx menolak pendapat bahwa orang-orang individual dengan kehendak individual
mereka dapat menentukan arah sejarah. Dalam pendapat itu ada terkandung
anggapan bahwa individu-individu itu tidak berdiri sendirian di dunia dan
bertindak bertindak tidak melulu menurut cita-citanya serta tujuan-tujuan
subjektifnya, melainkan bahwa mereka melakukan tindakan menyesuaikan diri
dengan peranan yang diharapkan dari golongan mereka. Menurut Karl Marx
pelaku-pelaku utama perubahan sosial bukanlah individu tertentu, melainkan
kleas-kelas sosial. Karena kita hanya dapat memahami sejarah dengan segala
perkembangan yang terjadi apabila kita memperhatikan kelas-kelas sosial dalam
masyarakat yang bersangkutan.
Revolusi yang dilakukan oleh kaum
proletar ini bertujuan untuk menghapuskan sistem kelas, terutama antara kaum
proletar yang tertindas dan kaum borjuis yang menindas. Menurut Marx,
satu-satunya cara untuk menghapus sistem kelas ini hanya dapat dilakukan dengan
revolusi yang dilakukan oleh buruh (kaum proletar) yang bertsatu. Dia
meramalkan atau memprediksi bahwa yang akan menang dalam pertentangan kelas
tersebut adalah kaum buruh (kaum proletar) dan akhirnya akan tercipta suatu
tatanan dunia baru yang didalamnya tanpa adanya pembedaan kelas.
Teori Karl Marx yang menyebutkan bahwa
kaum proletar akan menang menghadapi kaum borjuis pada kenyatannya tidak pernah
terbukti. Memang, teori Marx pernah sukses diterapkan di Uni Soviet (sekarang
ini Rusia) tetapi tidak mampu bertahan lama hanya bertahan tidak lebih dari 30
tahun. Faktanya, sekarang ini yang menguasai ideologi hampir semua bangsa di
dunia adalah neo-liberalisme atau kapitalisme yang mana ideologi tersebut
merupakan musuh besar bagi ideologinya marx (komunisme). Ini menunjukan
kekurang dalaman (kurang teliti) yang dilakukan oleh Marx dalam mengungkapkan
teorinya ini. Ini disebabkan karena penganut teori Karl Marx menghianati apa
yang mereka ikuti., sebagai contoh saja
ketika Uni Soviet dikuasai oleh ideologi komunisme tetapi nasib kaum
buruh tidak dapat keluar dari ketertindasan mereka malahan kaum buruh ditindas
oleh pemimpin mereka sendiri yang notabene pengikut komunisme sejati.
Cak Nur pernah berpendapat bahwa “yang
menghianati liberalisme dan komunisme adalah pengikuti setia dari paham itu
sendiri”. Menurut saya pendapat Cak Nur ini sangat banyak benarnya. Selain uni
soviet dapat kita jadikan contoh, ada juga contoh lain dari kaum liberalisme,
ketika krisis 1930 melanda benua Eropa yang disebabkan hancurnya sistem pasar
yang berlandaskan liberal maka orang-orang yang mengagung-agungkan liberalisme
meminta bantuan kepada Negara untuk ikut campur memulihkan kondisi pasar yang
hancur. Ini membuktikan bahwa orang-orang penganut liberalisme menghianati
paham yang mereka anut yaitu negara/pemerintah dilarang ikut campur dalam
urusan pasar. Dunia sekarang ini sudah dikuasai oleh neo-liberalisme yang
merupakan bentuk baru (metamorfosa) dari liberalisme jaman dulu. Untuk
menciptakan sebuah antitesa dari neo-liberalisme, kita harus mengembangkan
paham neo-komunisme (metamorfosa dari komunisme). Neo-komunisme sendiri
merupakan tinjauan kritis terhahap komunisme sendiri (kelebihan dan kekurangan)
agar dapat diciptakan suatu teori baru tentang komunisme sendiri yang sesuai
dengan konteks kekinian dan juga aplikatif.
Selain kelemahan tentang teori Marx yang
saya sebutkan di atas, ada satu lagi kelemahan teori Marx ketika diterapkan
dalam konteks ke-Indonesiaan. Kelemahan itu adalah pengertian dari proletar itu
sendiri yang menurut Marx direpresentasikan dari kaum buruh saja. Ketika kita
menengok kondisi Indonesia itu sendiri, kaum buruh bukan kaum mayoritas tidak
seperti di Eropa yang mana kaum buruh merupakan kaum mayoritas. Di Indonesia
sendiri kaum mayoritas yang tertindas oleh liberalis (kapitalis) adalah kaum
tani (termasuk buruh tani, nelayan dsb) yang banyak hidup di pedesaan. Kaum
tani sendiri bukan kaum yang tidak mempunyai alat produksi melainkan kaum tani
merupakan kaum yang menguasai alat produksi. Sebagi ilustrasi saja, petani
menggarap sawah mereka dengan rticangkul dan cangkul ini merupakan bagian dari
alat produksi. Kaum tani ini sendiri tidak dapat digolongkan ke dalam kelas
proletar menurut pengertian yang diberikan Marx. Dalam konteks ini, Bung Karno
mengemukakan teori tentang kaum marhaen yang didalamnya tidak hanya ada kaum
buruh saja tetapi kaum tani, kaum nelayan, kaum miskin kota dan sebagainya. Disinilah
Bung Karno yang merupakan penggemar teori Marx yang membuat sebuah teori proletar
dalam konteks ke-Idonesiaan atau sering disebut kaum marhaen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar