Umat Islam sekarang ini
sudah banyak yang tidak mengenal Agamanya. Mereka hanya mengaku Islam tetapi
tidak mau menjalankan ajaran-ajaran Islam. Ini bisa dilihat ketika kita
memperhatikan fenomena-fenomena di sekitar kita, sebagai contoh banyak terjadi
konflik di negeri yang mayoritas umatnya beragama Islam terlebih konflik yang
diakibatkan sebab-sebab perbedaan keyakinan. Kita juga bisa melihat bagaimana
sepinya masjid-masjid dari aktifitas penggemblengan pemuda Islam padahal di
zaman Rasulullah hal ini yang membuat Islam menjadi besar. Hal yang lebih
sepele lagi yang dapat kita pakai sebagai contoh adalah lowongnya shof-shof
dalam Sholat berjama’ah. Tentu ini sangat memprihatinkan kita semua sebagai
umat Islam.
Ketika kita sudah mengetahui sebegitu bobroknya moral
umat Islam terlebih lagi pemudanya yang sudah berada di lembah terdalam
degradasi moral lantas bagaimana cara memperbaiki hal ini? Hal yang harus kita
ketahui terlebih dahulu adalah apa yang menyebabkan umat Islam berada dalam
degradasi moral yang sudah tidak karuan.
Penyebab masalah umat Islam itu sendiri terletak pada pendidikan anak usia dini di lingkungan keluarga muslim yang sangat jauh dari nilai-nilai Islam. Keluarga muslim cenderung lebih suka menitipkan anak-anak mereka kepada pembantu atau beby sister yang kurang bisa menanamkan nilai-nilai Islam. Hal ini membuat anak-anak mereka tidak dikenalkan dengan Islam sejak dini. Keluarga muslim juga kurang memperhatikan pendidikan agama Islam, semisal tidak menyekolahkan di Taman Pendidikan Al-Qur’an tetapi lebih memilih menyekolahkan di TK atau PAUD yang tidak menanamkan nilai-nilai Islam. Ini juga menyebabkan anak-anak kurang mengenal Islam dari usia dini. Main set orang tua Muslim itu sendiri melihat agama Islam kurang mendukung dengan masa depan anak. Mereka cenderung mengutamakan pendidikan duniawi dari pada ukhrowi. Main set seperti ini yang harus dirubah oleh keluarga muslim.
Selain permasalahan tadi, keluarga Mulim juga dihadapkan
kepada musuh utamanya dalam rumah yaitu TV. Hampir tiap hari keluarga Muslim
selalu duduk di depan televisi dan menonton hampir berjam-jam lamanya.
Tentunya, ketika yang ditonton hal-hal yang positif tidak menjadi masalah.
Namun, kenyatannya tayangan yang disuguhkan oleh stasiun tv mayoritas bahkan
keseluruhan tidak berkualitas atau malah merusak moral keluarga Muslim terutama
anak-anak. Stasiun tv cenderung lebih menonjolkan pornoaksi dan pornografi,
kekerasan, percintaan dan sebagainya yang sangat merusak generasi muda Islam
ketika menyaksikan tayangan tersebut. Anak-anak yang seharusnya diberikan
nialai-nilai Islam malahan diberikan tontonan yang sangat tidak mendidik.
Tentunya, mereka yang belum tahu benar atau salah menangkap tontonan tadi
sebagai suatu hal yang benar walaupun itu tidak sesuai dengan nilai Islam. Dari
sisi pengawasan orang tua terhadap anak-anak juga masih sangat kurang sehingga
anak leluasa menonton seluruh tayangan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
agama Islam.
Selain di intern keluarga Muslim itu sendiri, umat Islam
menghadapi satu permasalahan besar lainnya di lingkungan pergaulan remaja yaitu
pergaulan bebas (free sex). Hal ini sudah menjadi kebiasaan dalam dunia
pergaulan remaja. Semisal, berpacaran, bergandengan tangan yang bukan muhrim
dan tingkah laku yang ‘biasa’ di pergaulan remaja ini sudah bukan menjadi hal
menyalahi nilai-nilai Islam lagi. Padahal sangat jelas sekali hal itu salah.
Fenomena pembiaran hal yang salah ini sudah mengakibatkan kebiasaan yang benar
dan berdampak pembenaran yang salah. Kita juga bisa melihat bagaimana remaja
muslimah memakai pakaian yang serba mini dan ketat. Mereka sudah tidak
mempunyai rasa malu lagi dengan berpakaian yang membuka aurot (kemaluan)
mereka. Ini sangat memprihatinkan bagi kalangan Islam.
Selain
budaya free sex, remaja Islam juga dilanda budaya hedonisme. Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap
bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin
dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau
pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia.
Bagi para penganut hedonisme suka dengan kesenangan duniawi saja. Mereka
sudah hidup bermewah-mewahan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam yaitu
nilai kesederhanaan. Budaya hedonisme di kalangan remaja Islam sudah sangat
akut. Hal ini bisa dilihat ketika kita melihat penampilan dan gaya hidup remaja
Islam yang sudah ‘kebarat-baratan’ atau berleboih-lebihan dalam berpakaian. Hal
ini sudah menjadi kewajaran di dunia remaja Muslim.
Hal-hal diatas tidak
lain disebabkan belum siapnya umat Islam dalam menghadapi arus globalisasi yang
sangat luar biasa melanda negeri kita ini. Menurut asal katanya,
kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya
ialah universal. Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak dan
elektronik. Globalisasi sediri mendorong perpindahan arus informasi yang sangat
cepat. Ini mendorong makin mudahnya perpindahan budaya dari satu masyarakat ke
masyarakat lain atau dari satu negara ke negara lain. Umat Islam sendiri dalam
menyikapi globalisasi terlalu terbuka tanpa sedikitpun menyaring
informasi-informasi atau budaya-budaya yang masuk ke lingkungan umat Islam.
Terlebih lagi generasi muda Muslim yang terlalu permisif terhadap budaya barat
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Hal ini menyebabkan menurunnya
moral umat Islam (degradasi moral) yang sangat luar biasa karena umat Islam hanya
mengambil budaya jelek yang telah menjadi budaya di dunia barat. Sebagai contoh
saja, seorang remaja putri malu memakai jilbab tetapi malah bangga ketika
memakai rok mini. Bagi mereka merasa lebih gaul ketika memakai rok mini dari
pada memakai jilbab yang mereka anggap sebagai hal kuno.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar