Sabtu, 21 April 2012

Beberapa Permasalahan Umat Islam


        Umat Islam sekarang ini sudah banyak yang tidak mengenal Agamanya. Mereka hanya mengaku Islam tetapi tidak mau menjalankan ajaran-ajaran Islam. Ini bisa dilihat ketika kita memperhatikan fenomena-fenomena di sekitar kita, sebagai contoh banyak terjadi konflik di negeri yang mayoritas umatnya beragama Islam terlebih konflik yang diakibatkan sebab-sebab perbedaan keyakinan. Kita juga bisa melihat bagaimana sepinya masjid-masjid dari aktifitas penggemblengan pemuda Islam padahal di zaman Rasulullah hal ini yang membuat Islam menjadi besar. Hal yang lebih sepele lagi yang dapat kita pakai sebagai contoh adalah lowongnya shof-shof dalam Sholat berjama’ah. Tentu ini sangat memprihatinkan kita semua sebagai umat Islam.
            Ketika kita sudah mengetahui sebegitu bobroknya moral umat Islam terlebih lagi pemudanya yang sudah berada di lembah terdalam degradasi moral lantas bagaimana cara memperbaiki hal ini? Hal yang harus kita ketahui terlebih dahulu adalah apa yang menyebabkan umat Islam berada dalam degradasi moral yang sudah tidak karuan.

           Penyebab masalah umat Islam itu sendiri terletak pada pendidikan anak usia dini di lingkungan keluarga muslim yang sangat jauh dari nilai-nilai Islam. Keluarga muslim cenderung lebih suka menitipkan anak-anak mereka kepada pembantu atau beby sister yang kurang bisa menanamkan nilai-nilai Islam. Hal ini membuat anak-anak mereka tidak dikenalkan dengan Islam sejak dini. Keluarga muslim juga kurang memperhatikan pendidikan agama Islam, semisal tidak menyekolahkan di Taman Pendidikan Al-Qur’an tetapi lebih memilih menyekolahkan di TK atau PAUD yang tidak menanamkan nilai-nilai Islam. Ini juga menyebabkan anak-anak kurang mengenal Islam dari usia dini. Main set orang tua Muslim itu sendiri melihat agama Islam kurang mendukung dengan masa depan anak. Mereka cenderung mengutamakan pendidikan duniawi dari pada ukhrowi. Main set seperti ini yang harus dirubah oleh keluarga muslim.
            Selain permasalahan tadi, keluarga Mulim juga dihadapkan kepada musuh utamanya dalam rumah yaitu TV. Hampir tiap hari keluarga Muslim selalu duduk di depan televisi dan menonton hampir berjam-jam lamanya. Tentunya, ketika yang ditonton hal-hal yang positif tidak menjadi masalah. Namun, kenyatannya tayangan yang disuguhkan oleh stasiun tv mayoritas bahkan keseluruhan tidak berkualitas atau malah merusak moral keluarga Muslim terutama anak-anak. Stasiun tv cenderung lebih menonjolkan pornoaksi dan pornografi, kekerasan, percintaan dan sebagainya yang sangat merusak generasi muda Islam ketika menyaksikan tayangan tersebut. Anak-anak yang seharusnya diberikan nialai-nilai Islam malahan diberikan tontonan yang sangat tidak mendidik. Tentunya, mereka yang belum tahu benar atau salah menangkap tontonan tadi sebagai suatu hal yang benar walaupun itu tidak sesuai dengan nilai Islam. Dari sisi pengawasan orang tua terhadap anak-anak juga masih sangat kurang sehingga anak leluasa menonton seluruh tayangan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama Islam.
            Selain di intern keluarga Muslim itu sendiri, umat Islam menghadapi satu permasalahan besar lainnya di lingkungan pergaulan remaja yaitu pergaulan bebas (free sex). Hal ini sudah menjadi kebiasaan dalam dunia pergaulan remaja. Semisal, berpacaran, bergandengan tangan yang bukan muhrim dan tingkah laku yang ‘biasa’ di pergaulan remaja ini sudah bukan menjadi hal menyalahi nilai-nilai Islam lagi. Padahal sangat jelas sekali hal itu salah. Fenomena pembiaran hal yang salah ini sudah mengakibatkan kebiasaan yang benar dan berdampak pembenaran yang salah. Kita juga bisa melihat bagaimana remaja muslimah memakai pakaian yang serba mini dan ketat. Mereka sudah tidak mempunyai rasa malu lagi dengan berpakaian yang membuka aurot (kemaluan) mereka. Ini sangat memprihatinkan bagi kalangan Islam.
Selain budaya free sex, remaja Islam juga dilanda budaya hedonisme. Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. Bagi para penganut hedonisme suka dengan kesenangan duniawi saja. Mereka sudah hidup bermewah-mewahan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam yaitu nilai kesederhanaan. Budaya hedonisme di kalangan remaja Islam sudah sangat akut. Hal ini bisa dilihat ketika kita melihat penampilan dan gaya hidup remaja Islam yang sudah ‘kebarat-baratan’ atau berleboih-lebihan dalam berpakaian. Hal ini sudah menjadi kewajaran di dunia remaja Muslim.
Hal-hal diatas tidak lain disebabkan belum siapnya umat Islam dalam menghadapi arus globalisasi yang sangat luar biasa melanda negeri kita ini. Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak dan elektronik. Globalisasi sediri mendorong perpindahan arus informasi yang sangat cepat. Ini mendorong makin mudahnya perpindahan budaya dari satu masyarakat ke masyarakat lain atau dari satu negara ke negara lain. Umat Islam sendiri dalam menyikapi globalisasi terlalu terbuka tanpa sedikitpun menyaring informasi-informasi atau budaya-budaya yang masuk ke lingkungan umat Islam. Terlebih lagi generasi muda Muslim yang terlalu permisif terhadap budaya barat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Hal ini menyebabkan menurunnya moral umat Islam (degradasi moral) yang sangat luar biasa karena umat Islam hanya mengambil budaya jelek yang telah menjadi budaya di dunia barat. Sebagai contoh saja, seorang remaja putri malu memakai jilbab tetapi malah bangga ketika memakai rok mini. Bagi mereka merasa lebih gaul ketika memakai rok mini dari pada memakai jilbab yang mereka anggap sebagai hal kuno.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar