PAHLAWAN YANG TERLUPAKAN
“Kini
kebutuhan kita bukan pada keberanian semata-mata, tapi lebih pada pengetahuan
revolusioner dan kecakapan mengambil sikap revolusioner”
(Tan
Malaka)
Kita
sering mendengar Soekarno, M. Hatta, Pangeran Diponegoro, Jendral Soedirman
sebagai pahlawan bangsa Indonesia tetapi apakah kita pernah mendengar sosok
pahlawan yang satu ini yaitu Tan Malaka? Coba buka lagi buku sejarah dari SD
sampai SMA apakah pernah kita mendapatkan nama Tan Malaka sebagai pahlawa dalam
buku tersebut? Apakah kita pernah mendengar nama jalan atau bangunan yang
diabadikan dengan nama pahlawan yang satu ini, sementara kita sering mendengar
nama jalan atau bangunan dengan nama-nama pahlawan lainnya? Lantas, kita
bertanya-tanya sebenarnya siapa Tan Malaka? Kenapa sosok pahlawan yang satu ini
tidak dikenal oleh masyarakat Indonesia bahkan menjadi satu-satunya pahlawan
nasional yang tidak pernah disebut dalam buku sejarah?
Tan
Malaka (Datuk Tan Malaka Ibrahim) lahir
di Nagari Pandam Gadang, Suliki, Sumatera
Barat, 2
Juni1897 meninggal di Desa
Selopanggung, Kediri, Jawa
Timur, 21
Februari pada umur 51 tahun. Tan Malaka adalah sosok misterius pada
kancah pahlawan nasional. Bahkan keberadaannya tergolong kontroversial. Seorang
muslim taat yang turut melahirkan Partai Komunis Indonesia, yang dikenal
sebagai partai orang-orang atheis. Seorang pendukung Soekarno untuk menjadi
presiden pertama RI, namun dia adalah orang pertama yang melawan ketika
Soekarno mulai menerapkan demokrasi terpimpinnya.
Tan Malaka juga dikenal sebagai
bapak Republik Indonesia, karena Empat tahun sebelum terjadi Sumpah Pemuda,
enam tahun sebelum Hatta menulis brosur “Mencapai Indonesia Merdeka” pada 1930,
atau bahkan delapan tahun sebelum Soekarno menulis brosur “Ke Arah Indonesia
Merdeka” pada 1932, Tan Malaka telah menulis “Naar de Republik Indonesia” yang
berarti “Menuju Republik Indonesia”. Ketika tulisan tersebut muncul, belum
pernah ada tulisan yang mengulas cita-cita kemerdekaan Indonesia. Artinya, Tan
Malaka adalah pemikir dan pejuang politik pertama di Indonesia yang mengajukan
konsep negara Republik Indonesia (RI). Dan, sudah selayaknya kita mendudukan
Tan Malaka sama tingginya dengan pahlawan-pahlawan besar lainnya.
Tan Malaka juga dikenal seorang
revolusioner sejati karena hampir sepanjang hidupnya ia gunakan untuk
menggelorakan semangat rakyat untuk melawan penjajahan baik dari bangsa asing
maupun bangsa sendiri. Berkali-kali masuk keluar penjara, tidak membuat patah
semangat Tan Malaka untuk terus berbakti kepada bangsa Indonesia ini.
Berkali-kali diasingkan ke luar negeri oleh pemerintah kolonial Belanda, tidak
membuat Tan Malaka meninggalkan Indonesia selamanya. Berkali-kali dibuang ke
luar negeri, sebanyak itu pula Tan Malaka pulang ke Indonesia. Semangat yang
terus menggebu-gebu dari pahlawan nasional yang satu inilah, seharusnya menjadi
pemacu semangat generasi penerus bangsa (termasuk mahasiswa) untuk melanjutkan
tongkat estafet yang telah diraih oleh para pendahulu kita.
Kalau menggunakan terminologi dari
Antonio Gramcsi (tokoh Marxis asal Italia) yang membagi intelektual menjadi dua
bagian yaitu intelektual menara gading dan intelektual organik, Tan Malaka
dapat digolongkan menjadi seorang intelektual organik. Makna intelektual
organik sendiri adalah seorang intelektual yang tidak hanya bergelut dengan
buku-buku semata tetapi dengan realitas soaial juga. Tan Malaka tidak hanya
mempunyai kecerdasan yang luar biasa tetapi juga mampu menularkan kecerdasannya
kepada rakyat sekaligus membawa rakyat kepada revolusi yang
sesungguh-sungguhnya. Banyak karya intelektual buah pemikiran Tan Malaka yang
sangat diapresiasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri, salah satu karya
Tan Malaka yang luar biasa adalah Madilog (Materialisme, Dialektika dan
Logika). Madilog sendiri disebut karya non-fiksi terbaik yang pernah ditulis
oleh pemikir Indonesia.
Sedah sepatutnya, kita sebagai
mahasiswa memberlakukan Tan Malaka dengan baik sama baiknya dengan pahlawan nasional
lainnya karena sudah banyak karya yang telah dihasilkan dari pahlawan yang satu
ini. Selain itu, kita juga perlu banyak meneladani sikap revolusioner dari Tan
Malaka yang telah banyak berbuat kepda bangsa ini. Kita sebagai mahasiswa juga
seharusnya menjadi seorang intelektual organik seperti Tan Malak yang tidak
hanya bergelut dengan buku semata tetapi mampu menyadari realitas sosial yang
ada dan berbuat untuk memperbaiki realitas sosial yang ada.
Semoga
para pahlawan pendahulu kita dapat tersenyum dengan lebar karean melihat
generasi penerus yang mempu melanjutkan tongkat estafet kemerdekaan.
SALAM MAHASISWA!!! SALAM
REVOLUSI!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar