Jumat, 09 November 2012

TAN MALAKA


PAHLAWAN YANG TERLUPAKAN
“Kini kebutuhan kita bukan pada keberanian semata-mata, tapi lebih pada pengetahuan revolusioner dan kecakapan mengambil sikap revolusioner”
(Tan Malaka)

            Kita sering mendengar Soekarno, M. Hatta, Pangeran Diponegoro, Jendral Soedirman sebagai pahlawan bangsa Indonesia tetapi apakah kita pernah mendengar sosok pahlawan yang satu ini yaitu Tan Malaka? Coba buka lagi buku sejarah dari SD sampai SMA apakah pernah kita mendapatkan nama Tan Malaka sebagai pahlawa dalam buku tersebut? Apakah kita pernah mendengar nama jalan atau bangunan yang diabadikan dengan nama pahlawan yang satu ini, sementara kita sering mendengar nama jalan atau bangunan dengan nama-nama pahlawan lainnya? Lantas, kita bertanya-tanya sebenarnya siapa Tan Malaka? Kenapa sosok pahlawan yang satu ini tidak dikenal oleh masyarakat Indonesia bahkan menjadi satu-satunya pahlawan nasional yang tidak pernah disebut dalam buku sejarah?
            Tan Malaka (Datuk Tan Malaka Ibrahim) lahir di Nagari Pandam Gadang, Suliki, Sumatera Barat, 2 Juni1897 meninggal di Desa Selopanggung, Kediri, Jawa Timur, 21 Februari  pada umur 51 tahun. Tan Malaka adalah sosok misterius pada kancah pahlawan nasional. Bahkan keberadaannya tergolong kontroversial. Seorang muslim taat yang turut melahirkan Partai Komunis Indonesia, yang dikenal sebagai partai orang-orang atheis. Seorang pendukung Soekarno untuk menjadi presiden pertama RI, namun dia adalah orang pertama yang melawan ketika Soekarno mulai menerapkan demokrasi terpimpinnya.
            Tan Malaka juga dikenal sebagai bapak Republik Indonesia, karena Empat tahun sebelum terjadi Sumpah Pemuda, enam tahun sebelum Hatta menulis brosur “Mencapai Indonesia Merdeka” pada 1930, atau bahkan delapan tahun sebelum Soekarno menulis brosur “Ke Arah Indonesia Merdeka” pada 1932, Tan Malaka telah menulis “Naar de Republik Indonesia” yang berarti “Menuju Republik Indonesia”. Ketika tulisan tersebut muncul, belum pernah ada tulisan yang mengulas cita-cita kemerdekaan Indonesia. Artinya, Tan Malaka adalah pemikir dan pejuang politik pertama di Indonesia yang mengajukan konsep negara Republik Indonesia (RI). Dan, sudah selayaknya kita mendudukan Tan Malaka sama tingginya dengan pahlawan-pahlawan besar lainnya.

            Tan Malaka juga dikenal seorang revolusioner sejati karena hampir sepanjang hidupnya ia gunakan untuk menggelorakan semangat rakyat untuk melawan penjajahan baik dari bangsa asing maupun bangsa sendiri. Berkali-kali masuk keluar penjara, tidak membuat patah semangat Tan Malaka untuk terus berbakti kepada bangsa Indonesia ini. Berkali-kali diasingkan ke luar negeri oleh pemerintah kolonial Belanda, tidak membuat Tan Malaka meninggalkan Indonesia selamanya. Berkali-kali dibuang ke luar negeri, sebanyak itu pula Tan Malaka pulang ke Indonesia. Semangat yang terus menggebu-gebu dari pahlawan nasional yang satu inilah, seharusnya menjadi pemacu semangat generasi penerus bangsa (termasuk mahasiswa) untuk melanjutkan tongkat estafet yang telah diraih oleh para pendahulu kita.
            Kalau menggunakan terminologi dari Antonio Gramcsi (tokoh Marxis asal Italia) yang membagi intelektual menjadi dua bagian yaitu intelektual menara gading dan intelektual organik, Tan Malaka dapat digolongkan menjadi seorang intelektual organik. Makna intelektual organik sendiri adalah seorang intelektual yang tidak hanya bergelut dengan buku-buku semata tetapi dengan realitas soaial juga. Tan Malaka tidak hanya mempunyai kecerdasan yang luar biasa tetapi juga mampu menularkan kecerdasannya kepada rakyat sekaligus membawa rakyat kepada revolusi yang sesungguh-sungguhnya. Banyak karya intelektual buah pemikiran Tan Malaka yang sangat diapresiasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri, salah satu karya Tan Malaka yang luar biasa adalah Madilog (Materialisme, Dialektika dan Logika). Madilog sendiri disebut karya non-fiksi terbaik yang pernah ditulis oleh pemikir Indonesia.
            Sedah sepatutnya, kita sebagai mahasiswa memberlakukan Tan Malaka dengan baik sama baiknya dengan pahlawan nasional lainnya karena sudah banyak karya yang telah dihasilkan dari pahlawan yang satu ini. Selain itu, kita juga perlu banyak meneladani sikap revolusioner dari Tan Malaka yang telah banyak berbuat kepda bangsa ini. Kita sebagai mahasiswa juga seharusnya menjadi seorang intelektual organik seperti Tan Malak yang tidak hanya bergelut dengan buku semata tetapi mampu menyadari realitas sosial yang ada dan berbuat untuk memperbaiki realitas sosial yang ada.

Semoga para pahlawan pendahulu kita dapat tersenyum dengan lebar karean melihat generasi penerus yang mempu melanjutkan tongkat estafet kemerdekaan.

SALAM MAHASISWA!!! SALAM REVOLUSI!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar