Rabu, 15 Februari 2012

IPM Sebagai Wadah Pengkaderan Bagi Muhammadiyah


 
            Remaja adalah usia di mana seseorang mengalami banyak perubahan baik dari segi fisik, mental maupun cara berpikir untuk menjadi orang yang dewasa. Dalam masa inilah seorang mudah sekali terpengaruh dengan lingkungan sekitar terutama teman sepergaulan. Sering kali teman dapat membujuk untuk berbuat buruk, seperti merokok, membolos, maupun tawuran. Hal ini dikarenakan mental seorang remaja yang masih labil dan masih dalam proses pendewasaan.
            Seorang remaja yang gagal dalam proses pendewasaan ini sering terjerumus dalam kenakalan remaja. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya.
Remaja juga merupakan generasi penerus yang akan memimpin bangsa ini pada waktu yang akan datang. Jika suatu bangsa memiliki remaja yang tanggung tentu masa depan bangsa tersebut akan cerah begitu pula sebaliknya. Jika sebuah bangsa ingin menghancurkan bangsa lain maka yang akan dipengaruhi terlebih dahulu adalah remaja. Bangsa yang besar tentu saja akan mempersiapkan generasi penerus yang akan memimpin bangsa tersebut dengan sebaik-baiknya.
Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau pun jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi lingkungan pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya.
Pemimpin sendiri harus memiliki 3 aspek penting dalam dirinya:
1. Perubahan karakter dari dalam diri (character change)
2. Visi yang jelas (clear vision)
3. Kemampuan atau kompetensi yang tinggi (competence)
Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara internal (pengembangan kemampuan intrapersonal, kemampuan teknis, pengetahuan, dan lain-lain) maupun dalam hubungannya dengan orang lain (pengembangan kemampuan interpersonal dan metoda kepemimpinan).
Kenyataannya adalah sekarang ini sudah jarang sekali kita temukan pemimpin yang memiliki kriteria sesuai yang telah dipaparkan di atas. Sekarang ini, bangsa kita sedang dilanda dengan krisis multidimensi termasuk krisis kepemimpinan. Untuk itu perlu sekali melakukan regenerasi dengan melakukan pembinaan pada remaja baik melalui pemerintah, LSM maupun organisasi kemasyarakatan (Ormas).
Peran IPM dalam menciptakan pemimpin masa depan bagi Muhammadiyah
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) adalah organisasi otonom yang berada di bawah naungan Muhammadiyah yang mengurusi pelajar dan remaja. IPM juga merupakan gerakan Islam amar makruf nahi munkar di kalangan pelajar yang ditujukan kepada dua bidang, pertama perorangan dan kedua masyarakat. Dakwah pada bidang pertama terbagi kepada dua golongan:
a. Kepada yang telah Islam bersifat pembaharuan (tajdid) berdasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam.
b. Kepada yang belum Islam, bersifat seruan dan ajakan untuk mengikuti nilai-nilai ajaran Islam.
Adapun dakwah amar makruf nahi munkar kedua ialah kepada masyarakat, bersifat perbaikan, bimbingan, dan peringatan. Kesemuanya itu dilaksanakan bersama dengan bermusyawarah atas dasar takwa dan mengharap keridhaan Allah semata. Dengan ini diharapkan dapat membentuk pelajar muslim yang berilmu, berkahlak mulia, dan terampil sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya di kalangan pelajar.
Selain peran penting dalam membangun pelajar, IPM juga memiliki peranan penting dalam menciptakan kader Muhammadiyah untuk dijadikan sebagai pemimpin masa depan Muhammadiyah. Untuk itu IPM harus disiapkan dalam melakukan kaderisasi dengan berbagai program kerja yang dapat membentuk pemimpin masa depan sesuai dengan kriteria di atas.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kaderisasi berarti proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader. Kader merupakan orang yang diharapkan akan memegang peranan penting di dalam pemerintahan, partai, ormas, dan sebagainya. kaderisasi ini bertujuan untuk membentuk kader yang bisa menggerakkan organisasiataupun kelompok dengan kepentingan masing-masing agar dapat terus berkembang. Rasulullah Muhammad S.A.W. merupakan contoh pemimpin luar biasa yang sangat layak kita contoh sistem kaderisasinya. Kader-kadernya banyak mencatatkan tinta emas dalam sejarah kehidupan manusia.
Kaderisasi menurut islam diartikan sebagai usaha mempersiapkan calon-calon pemimpin hari esok yang tangguh dalam mempertahankan dan mengembangkan identitas khairu ummah, umat terbaik.
Dalam organisasi apapun keberadaan kader menjadi penting sebagai sarana untuk menjalankan dan memastikan sistem organisasi berjalan dengan baik. Dalam organisasi sebesar Muhammadiyah, keberadaan kader yang memiliki kualifikasi handal tentunya penting. Kader tersebut bisa dibentuk melalui organisasi otonomnya termasuk IPM. Dalam pandangan saya ada 4 kualifikasi kader IPM yang handal :
1. Memiliki pengetahuan, keyakinan dan pemahaman Islam sebagai sebuah mabda’ (ideologi=pemikiran mendasar yang mampu melahirkan aturan untuk memecahkan problematika umat) yang berlaku untuk seluruh umat manusia.
2. Memilki komitmen dan militansi sebagai pengemban dan aktivis dakwah dalam organisasi IPM maupun Muhammadiyah.
3. Memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang organisasi, manajemen dan dakwah.
4. Memiliki kompetensi intelektual dan spiritual yang handal serta memiliki sikap dan jiwa kepemimpinan yang visioner.
Agar 4 point di atas tercapai maka hal penting dalam pengkaderan adalah proses pendampingan yang intensif pada calon kader. Proses pendampingan akan menjadi jaminan sistem pengkaderan berjalan dengan baik, tertata dan terukur. Hal-hal yang harus dilakukan dalam proses pendampingan intensif adalah sebagai berikut :
1. Kajian rutin mingguan
Cara ini untuk memastikan pemahaman Islam sebagai ideologi dapat ditransfer dengan baik. Kajian ini harus dilakukan secara serius, mendalam, mampu menumbuhkan keyakinan, menggugah pemikiran dan perasaan. Agar target ini tercapai maka calon kader dikelompokkan dalam skala kecil dan disiapkan pemateri yang handal. Pemateri ini sekaligus menjadi pendamping (coach) yang terus mengamati dan menggerakkan calon kader. Hal ini bisa memberikan pemahaman Islam secara benar kepada kader-kader IPM.
2. Pembangunan karakter
Pembangunan karakter dilakukan dengan menciptakan habits (kebiasaan) untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat meningkatkan aqliyah (pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap). Aktifitas tersebut juga harus bisa menanamkan nilai-nilai Islam yang sesuai dengan pemahaman Muhammadiyah. Pembangunan karakter sendiri juga harus dilakukan dengan learning by doing (belajar dengan melakukan) untuk membentuk kader IPM yang siap terjun dalam masyarakat.
Oleh karena itu pendamping harus mengontrol secara ketat sehingga benar-benar aktivitas-aktivitas ini berjalan dengan baik dan rutin sehingga akan menjadi kebiasaan dan pada ujungnya akan membentuk calon kader yang berkarakter kuat.
3. Pemagangan
Pemagangan adalah suatu proses pelibatan langsung calon kader dalam aktivitas-aktivitas dakwah baik yang sifatnya dakwah person to person maupun dalam bentuk event organizer.
Calon kader akan dibiasakan untuk learning by doing sehingga suasana dakwah akan dirasakan langsung, jiwa rela berkorban tergambar nyata, semangat aktivis gerakan terhirup harumnya dan tekad yang kuat terasakan manisnya. Dengan pola ini maka militansi kader akan terasah secara alami dan pasti. Peran pendamping secara langsung menjadi penting untuk memastikan calon kader mengikuti pemagangan dengan baik. 
4. Focus Group Discussion (FGD)
FGD adalah suatu proses mendiskusikan suatu masalah/tema secara terfokus sehingga dicapai suatu kesimpulan akar masalah dan solusinya. Masalah/tema dapat diambil dari isu-isu terhangat dalam minggu/bulan berjalan. FGD dilaksanakan dengan menempatkan moderator sekaligus menjadi narasumber yang memiliki frame ideologi Islam yang kuat. Untuk efektifitas dan efisiensi maka pendamping dapat berperan sebagai moderator sekaligus narasumber. Sebelum melaksanakan FGD maka calon kader diminta untuk membaca banyak referensi terkait dengan tema yang sedang didiskusikan. Dengan FGD diharapkan kepekaan calon kader terhadap problematika umat semakin meningkat dan tumbuh keyakinan yang semakin kuat bahwa ideologi Islam mampu memecahkan masalah tersebut. Pada akhirnya kekuatan intelektual calon kader akan meningkat yang ujungnya bukan sebatas kepuasan intelektual tetapi mampu mendorongnya untuk semakin giat berdakwah.
Apabila langkah-langkah di atas telah bisa dilaksanakan oleh IPM tentu saja dalam beberapa tahun ke depan Muhammadiyah akan memiliki kader-kader yang berkualitas baik intelektual maupun akhlaknya. Tentu saja program di atas tidak bisa secara instan untuk membentuk kader-kader Muhammadiyah. Tapi memiliki tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk menyukseskan program-program tersebut.
Program-program di atas juga tidak mudah untuk dilaksanakan mengingat banyak kendala-kendala yang akan dihadapi. Namun jika kita mau mencoba melaksanakan program-program tersebut baik dari Pimpinan Ranting (PR), Pimpinan Cabang (PC) maupun Pimpinan Daerah (PD) IPM akan menjadi hal yang mudah dalam pelaksanaan program tersebut. Tidak ada kata mustahil sebelum mencoba.
Mengingat pentingnya regenerasi dalam tubuh Muhammadiyah sudah saatnya IPM tampil dalam membentuk kader-kader muda yang terampil. Untuk itu, sebisa mungkin IPM segera melaksanakan program-program kaderisasi tersebut agar kader IPM yang makin hari makin sedikit bisa muncul lagi generasi yang bisa membawa perbaikan dalam organisasi Muhammadiyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar