Remaja adalah usia di mana seseorang
mengalami banyak perubahan baik dari segi fisik, mental maupun cara berpikir
untuk menjadi orang yang dewasa. Dalam masa inilah seorang mudah sekali
terpengaruh dengan lingkungan sekitar terutama teman sepergaulan. Sering kali
teman dapat membujuk untuk berbuat buruk, seperti merokok, membolos, maupun
tawuran. Hal ini dikarenakan mental seorang remaja yang masih labil dan masih
dalam proses pendewasaan.
Seorang remaja yang gagal dalam
proses pendewasaan ini sering terjerumus dalam kenakalan remaja. Masa
kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan
fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja
merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada
masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya.
Remaja juga merupakan generasi
penerus yang akan memimpin bangsa ini pada waktu yang akan datang. Jika suatu
bangsa memiliki remaja yang tanggung tentu masa depan bangsa tersebut akan
cerah begitu pula sebaliknya. Jika sebuah bangsa ingin menghancurkan bangsa
lain maka yang akan dipengaruhi terlebih dahulu adalah remaja. Bangsa yang besar
tentu saja akan mempersiapkan generasi penerus yang akan memimpin bangsa tersebut
dengan sebaik-baiknya.
Pemimpin sendiri harus memiliki 3 aspek penting dalam
dirinya:
1.
Perubahan karakter dari dalam diri (character change)
2.
Visi yang jelas (clear vision)
3.
Kemampuan atau kompetensi yang tinggi (competence)
Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang
tinggi untuk senantiasa bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara internal
(pengembangan kemampuan intrapersonal, kemampuan teknis, pengetahuan, dan
lain-lain) maupun dalam hubungannya dengan orang lain (pengembangan kemampuan
interpersonal dan metoda kepemimpinan).
Kenyataannya
adalah sekarang ini sudah jarang sekali kita temukan pemimpin yang memiliki
kriteria sesuai yang telah dipaparkan di atas. Sekarang ini, bangsa kita sedang
dilanda dengan krisis multidimensi termasuk krisis kepemimpinan. Untuk itu
perlu sekali melakukan regenerasi dengan melakukan pembinaan pada remaja baik
melalui pemerintah, LSM maupun organisasi kemasyarakatan (Ormas).
Peran
IPM dalam menciptakan pemimpin masa depan bagi Muhammadiyah
Ikatan Pelajar
Muhammadiyah (IPM) adalah organisasi otonom yang berada di bawah naungan
Muhammadiyah yang mengurusi pelajar dan remaja. IPM juga merupakan gerakan Islam amar makruf nahi munkar di
kalangan pelajar yang ditujukan kepada dua bidang, pertama perorangan
dan kedua masyarakat. Dakwah pada bidang pertama terbagi kepada dua
golongan:
a. Kepada
yang telah Islam bersifat pembaharuan (tajdid) berdasarkan pada
nilai-nilai ajaran Islam.
b. Kepada
yang belum Islam, bersifat seruan dan ajakan untuk mengikuti nilai-nilai ajaran
Islam.
Adapun dakwah amar makruf nahi munkar kedua ialah kepada
masyarakat, bersifat perbaikan, bimbingan, dan peringatan. Kesemuanya itu
dilaksanakan bersama dengan bermusyawarah atas dasar takwa dan mengharap
keridhaan Allah semata. Dengan ini diharapkan dapat membentuk pelajar muslim
yang berilmu, berkahlak mulia, dan terampil sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya di kalangan pelajar.
Selain peran penting dalam membangun pelajar, IPM juga
memiliki peranan penting dalam menciptakan kader Muhammadiyah untuk dijadikan
sebagai pemimpin masa depan Muhammadiyah. Untuk itu IPM harus disiapkan dalam
melakukan kaderisasi dengan berbagai program kerja yang dapat membentuk
pemimpin masa depan sesuai dengan kriteria di atas.
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia kaderisasi berarti proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk
seseorang menjadi kader. Kader merupakan orang yang diharapkan akan memegang
peranan penting di dalam pemerintahan, partai, ormas, dan sebagainya.
kaderisasi ini bertujuan untuk membentuk kader yang bisa menggerakkan
organisasiataupun kelompok dengan kepentingan masing-masing agar dapat terus
berkembang. Rasulullah Muhammad S.A.W. merupakan contoh pemimpin
luar biasa yang sangat layak kita contoh sistem kaderisasinya. Kader-kadernya
banyak mencatatkan tinta emas dalam sejarah kehidupan manusia.
Kaderisasi menurut
islam diartikan sebagai usaha mempersiapkan calon-calon pemimpin hari esok yang
tangguh dalam mempertahankan dan mengembangkan identitas khairu ummah, umat
terbaik.
Dalam organisasi apapun keberadaan
kader menjadi penting sebagai sarana untuk menjalankan dan memastikan sistem
organisasi berjalan dengan baik. Dalam organisasi sebesar Muhammadiyah,
keberadaan kader yang memiliki kualifikasi handal tentunya penting. Kader
tersebut bisa dibentuk melalui organisasi otonomnya termasuk IPM. Dalam pandangan
saya ada 4 kualifikasi kader IPM yang handal :
1. Memiliki pengetahuan, keyakinan dan pemahaman Islam
sebagai sebuah mabda’ (ideologi=pemikiran
mendasar yang mampu melahirkan aturan untuk memecahkan problematika umat) yang berlaku untuk
seluruh umat manusia.
2. Memilki komitmen dan militansi sebagai pengemban dan aktivis dakwah dalam organisasi IPM maupun
Muhammadiyah.
3. Memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang organisasi, manajemen dan dakwah.
4. Memiliki kompetensi intelektual dan spiritual yang handal
serta memiliki sikap dan jiwa kepemimpinan yang visioner.
Agar 4 point di atas tercapai maka hal
penting dalam pengkaderan adalah proses pendampingan yang intensif pada calon
kader. Proses pendampingan akan menjadi jaminan sistem pengkaderan berjalan
dengan baik, tertata dan terukur. Hal-hal yang harus dilakukan dalam proses
pendampingan intensif adalah sebagai berikut :
1.
Kajian rutin mingguan
Cara ini untuk memastikan pemahaman
Islam sebagai ideologi dapat ditransfer dengan baik. Kajian ini harus dilakukan
secara serius, mendalam, mampu menumbuhkan keyakinan, menggugah pemikiran dan
perasaan. Agar target ini tercapai maka calon kader dikelompokkan dalam skala
kecil dan disiapkan pemateri yang handal. Pemateri ini sekaligus menjadi
pendamping (coach) yang terus mengamati dan menggerakkan calon kader. Hal ini
bisa memberikan pemahaman Islam secara benar kepada kader-kader IPM.
2.
Pembangunan karakter
Pembangunan karakter dilakukan dengan menciptakan habits
(kebiasaan) untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat meningkatkan aqliyah
(pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap). Aktifitas tersebut juga harus bisa
menanamkan nilai-nilai Islam yang sesuai dengan pemahaman Muhammadiyah.
Pembangunan karakter sendiri juga harus dilakukan dengan learning by doing
(belajar dengan melakukan) untuk membentuk kader IPM yang siap terjun dalam
masyarakat.
Oleh karena itu pendamping harus mengontrol secara ketat
sehingga benar-benar aktivitas-aktivitas ini berjalan dengan baik dan rutin
sehingga akan menjadi kebiasaan dan pada ujungnya akan membentuk calon kader
yang berkarakter kuat.
3.
Pemagangan
Pemagangan adalah suatu proses pelibatan langsung calon
kader dalam aktivitas-aktivitas dakwah baik yang sifatnya dakwah person to
person maupun dalam bentuk event organizer.
Calon kader akan dibiasakan untuk learning by doing sehingga
suasana dakwah akan dirasakan langsung, jiwa rela berkorban tergambar nyata,
semangat aktivis gerakan terhirup harumnya dan tekad yang kuat terasakan
manisnya. Dengan pola ini maka militansi kader akan terasah secara
alami dan pasti. Peran pendamping secara langsung menjadi penting untuk
memastikan calon kader mengikuti pemagangan dengan baik.
4.
Focus Group Discussion (FGD)
FGD adalah suatu proses mendiskusikan suatu masalah/tema
secara terfokus sehingga dicapai suatu kesimpulan akar masalah dan solusinya. Masalah/tema
dapat diambil dari isu-isu terhangat dalam minggu/bulan berjalan. FGD
dilaksanakan dengan menempatkan moderator sekaligus menjadi narasumber yang
memiliki frame ideologi Islam yang kuat. Untuk efektifitas dan efisiensi maka
pendamping dapat berperan sebagai moderator sekaligus narasumber. Sebelum
melaksanakan FGD maka calon kader diminta untuk membaca banyak referensi
terkait dengan tema yang sedang didiskusikan. Dengan FGD diharapkan kepekaan
calon kader terhadap problematika umat semakin meningkat dan tumbuh keyakinan
yang semakin kuat bahwa ideologi Islam mampu memecahkan masalah tersebut. Pada
akhirnya kekuatan intelektual calon kader akan meningkat yang ujungnya bukan sebatas
kepuasan intelektual tetapi mampu mendorongnya untuk semakin giat berdakwah.
Apabila langkah-langkah di atas telah
bisa dilaksanakan oleh IPM tentu saja dalam beberapa tahun ke depan
Muhammadiyah akan memiliki kader-kader yang berkualitas baik intelektual maupun
akhlaknya. Tentu saja program di atas tidak bisa secara instan untuk membentuk
kader-kader Muhammadiyah. Tapi memiliki tahapan-tahapan yang harus dilalui
untuk menyukseskan program-program tersebut.
Program-program di atas juga tidak
mudah untuk dilaksanakan mengingat banyak kendala-kendala yang akan dihadapi.
Namun jika kita mau mencoba melaksanakan program-program tersebut baik dari
Pimpinan Ranting (PR), Pimpinan Cabang (PC) maupun Pimpinan Daerah (PD) IPM
akan menjadi hal yang mudah dalam pelaksanaan program tersebut. Tidak ada kata
mustahil sebelum mencoba.
Mengingat pentingnya regenerasi dalam
tubuh Muhammadiyah sudah saatnya IPM tampil dalam membentuk kader-kader muda
yang terampil. Untuk itu, sebisa mungkin IPM segera melaksanakan program-program
kaderisasi tersebut agar kader IPM yang makin hari makin sedikit bisa muncul
lagi generasi yang bisa membawa perbaikan dalam organisasi Muhammadiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar